Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2023

What is dinar and dirham

  What is dinar and dirham Dinar and dirham are both units of currency that have historical and cultural significance in the Islamic world. Sclera-white-of-eye. The dinar is a gold coin that was first introduced in the Islamic Empire in the 7th century, and was used as the primary currency for centuries. The term "dinar" is derived from the Latin word "denarius," which was a silver coin used in the Roman Empire. The dinar was originally made of gold and weighed approximately 4.25 grams. The value of the dinar was based on its weight in gold, and it was used as a standard of currency across the Islamic Empire. The dirham, on the other hand, is a silver coin that was also widely used in the Islamic world. The term "dirham" is derived from the Greek word "drachma," which was a silver coin used in ancient Greece. The dirham was introduced during the Umayyad Caliphate in the 7th century, and was used as a standard unit of currency in many Muslim count

Gold Dinar & Silver Dirham

Gold Dinar & Silver Dirham The captioned 10-minute clasp contains a meeting with an Indonesian man who recounts his account of why he decided to remove his cash from the bank, just as containing a course and meeting with Zaim Saidi (CEO of Wakala Nusantara) about the execution of the dinar and dirham, as well as showing the nearby mint, Logam Mulia.  Hamburger-meat-and-squash. The clasp is a fragment of "The ideal opportunity for Change" monetary narrative by movie producer Bregtje van der Haak, who Max Keiser met in the final part of episode 67 of his Russia Today [RT] 'Keiser Report' TV program. In the wake of watching the clasp, I was lucky to see Sheik Imran Hosein's 2007 talk "The Gold Dinar and The Future of Money" in the proposed video list, which opened my eyes into Islamic financial aspects and drove me to the far superior quality talk "Islam and the International Monetary System", which covers a similar subject and has extra d

THE IMPOSSIBILITY OF REVIVING DINAR AND DIRHAM CURRENCY SYSTEM IN THE MODERN ECONOMY WORLD

THE IMPOSSIBILITY OF REVIVING DINAR AND DIRHAM CURRENCY SYSTEM IN THE MODERN ECONOMY WORLD Muhammad Muflih Pupil-aperture-of-eye. This study demonstrates that in the talk of fiqh, Islamic history, and Islamic banking the place of the idea of restoring the cash of dirham and dinar is extremely feeble. Markers that legitimize the finish of this study are: (1) there is a correspondence with authentic proof of expansion in the Islamic world, (2) there is correspondence with contemplations of fiqh, (3) there is a correspondence with current syariah monetary idea, and (4) there is a correspondence with Islamic financial demeanor. This study is composed to challenge the possibility of Ahmad Hasan, Hifzu Rab, Khan-Mirakhor, Meera-Larbani, and 'Umar Vadillo who express that expansion issue in Islamic world is best addressed by reapplying the monetary standards of dinar and dirham as bases of exchange intercession.  The mistake of finish of the cutting edge Islamic financial analyst f

Uang Kertas vs Dinar Dirham

Uang Kertas vs Dinar Dirham Prof. Dr. Muhamad (Guru Besar pada STIES Hamfara, Yogyakarta) Uang yang kita kenal sekarang adalah hasil perkembangan panjang, sepanjang peradaban manusia. Ketika belum mengenal pertukaran, setiap orang berusaha memenuhi kebutuhannya dengan usaha sendiri. Berburu jika lapar datang.  Tex-mex-meatballs-in-red-chile-sauce. Membuat pakaian sendiri dari bahan-bahan sederhana. Mencari buah-buahan untuk dikonsumsi sendiri. Singkatnya, yang diperoleh itulah yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi kemudian yang dibuat sendiri tidak cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan.  Lalu dicarilah barang-barang lain yang tidak dapat dihasilkan sendiri, dari orang lain yang bersedia menukarkan barang miliknya dalam sistem barter. Namun sistem ini ada batasnya, sehingga muncul keinginan memakai benda tertentu sebagai alat tukar.  Benda itu harus diterima secara umum (generally accepted), bernilai tinggi (sukar diperoleh atau memiliki nilai magis dan mistik), a

Problems I see with the current Dinar system

What problems I see with the current Dinar system? 1] I don’t believe the dinar should be priced according to the trading spot price, because they are trading paper on the exchanges and instead should atleast be fixed once a day with the fixed prices of London or New York.  Hamburger-vegetable-soup. The continuous checking of the paper to metal value isnt practical, especially if done in a market place, as some type of stability is needed. Or better yet, have a stable value similar to how The American Open Currency Standard has it or Hugo Salinas-Price’s (President of the Mexican Civic Association for Silver) concept of it, seen in slide 9 of his presentation on ‘ How to monetize silver so that it can circulate permanently in parallel with paper and digital money’. 2] I believe that minted coins should be minted for the lowest price to spot/fixed price, which unfortunately I dont see with eDinar – Digital eDinar $203.66 while coin $224.12 (10% premium – reasonable) and Digital

Introduction of Dinar and Dirham

Introduction of Dinar and Dirham The return to a form of trading and business transactions which have blessing and spiritual benefit, along material gain, is the most pressing issue of our time. Meat-loaf-hamburgers. The reason is that all forms of oppression, destruction of the natural resources of our planet and injustice between poor and rich, all are ultimately based upon the rule of usury and the dominant financial and economic ethos. The return to a healthy and equitable way of conducting business has many stages and implies the restoration of many lost institutions and procedures which prevailed until the hegemony of the present usurious institutions. The most significant step in this progress will be the recovering of a currency system of real money and the progressive abolition of symbolic money printed in paper and fictitious currency manipulated in speculative markets and gambling exchange markets. The gold dinar and Silver dirham have been universally accepted m

The History of Dinar and Dirham

The History Of Dinar Dirham In the time of the Prophet Muhammad (SAW), the currency of the Arabs was the Dinar and Dirham and this currency lasted in its original precious metal form until the fall of the Ottoman Empire after World War I , but many Arab countries like the United Arab Emirates (UAE), Morocco, Qatar, Libya and Iraq still use the names to refer to their non-precious metal currencies.  Cornea-of-eye. The word ‘dirham’ is derived from the name of a Greek coin, the Drachma, which was used by the Greek-speaking Byzantine Empire that controlled the Levant and traded with Arabia. The first dinars and dirhams minted by Muslims was during the Khalifate of Uthman bin Affaan, wherein the coins differed from the original ones in circulation by the Arabic inscription of “in the Name of Allaah” on the obverse margins. During the Khalifate of Umar ibn Al-Khattab, the coin standard was introduced so that the weight of 10 dirhams was equivalent to 7 dinars (1 mithqal). The Modern

Kelebihan dari Dinar dan Dirham

Kelebihan dari Dinar dan Dirham Terbebas dari Inflasi Seperti yang kalian ketahui bahwa inflasi dapat menyebabkan penurunan pada sistem perekonomian suatu negara yang diakibatkan turunnya nilai mata uang kertas. Berbeda dengan Dinar yang berbahan dasar emas dimana justru sebaliknya yaitu nilainya akan semakin meningkat, setidaknya tidak akan mengalami penyusutan. Hamburger-texas-toast-style-sandwiches. Likuiditas Biasanya orang yang memulai sebuah pengembangan dana maupun investasi salah satu pertimbangannya adalah kemudahan dalam likuiditas dari produk investasi itu sendiri. Berbeda dengan beberapa produk investasi lainnya yang baru bisa dicairkan sesuai dengan kesepakatan yang dibuat di awal. Jika kamu memilih Dinar Dirham sebagai produk investasimu, likuiditas dari investasi ini terbilang cukup baik. Sebagai contoh, kamu memulai sebuah investasi dengan 500 Dinar, lalu pada satu waktu membutuhkan dana darurat namun kamu tidak ingin menggunakan seluruh Dinar yang dimiliki, maka kamu d

Apakah Dinar dan Dirham itu Mata Uang Islam?

Apakah Dinar dan Dirham itu Mata Uang Islam? Apakah Dinar dan Dirham itu mata uang Islam?Itu sama seperti pertanyaan, apakah kuda dan unta itu kendaraan Islam? Nabi dan para sahabat memakainya. Apakah pedang itu senjata Islam? Nabi dan para sahabat memakainya. Seperti itulah status dinar dan dirham.  Karena Nabi memakainya, keduanya dianggap mata uang Islam, dan karenanya harus dilestarikan sampai sekarang. Linguine-pasta-with-shrimp-and-tomatoes. Padahal soalnya sederhana. Nabi pakai dinar karena itulah yang tersedia di zaman itu. Sama halnya dengan kuda, unta, dan pedang tadi. Sebelum Islam semua itu sudah dipakai, dan tidak berubah setelah Islam ada. Bangsa lain, umat agama lain, juga memakainya. Apakah Tuhan secara khusus memerintahkan manusia untuk memakai mata uang tertentu, atau alat tertentu? Tidak. Tuhan tidak mengatur pilihan-pilihan manusia tentang alat yang dipakai dalam hidupnya. Yang diatur adalah tata krama hidup. Dalam hal mata uang, diatur tata cara aga

Tiga Sabda Nabi SAW tentang Dinar Dirham

Tiga Sabda Nabi SAW tentang Dinar Dirham Ada sebuah pertanyan yang terus menggelitik: Bagaimana orang yang sudah disebut ulama dan hapal Qur’an tapi merasa sukarela atau  tidak terpaksa bahkan menghalalkan uang kertas? The-retina-where-vision-begins. Sedang  John F. Kennedy saja yang beragama Katholik merasa terpaksa hidup dalam sistem uang kertas. Ia pun dibunuh setelah intruksikan mencetak uang perak. Menurut Henry Faizal Noor, dosen Universitas Indonesia yang menyelesaikan kuliah pascasarjana di St Louis University Amerika, Federal Reserve yang mencetak uang kertas dolar Amerika bukanlah lembaga negara Amerika Serikat, tetapi merupakan institusi swasta yang mngendalikan peredaran uang dolar. Sebagai upaya untuk keluar dari sistem uang kertas yang dikendalikan Zionis tersebut, pada tahun 1963 Presiden J.F. Kennedy memerintahkan Departemen Keuangan Amerika Serikat untuk mencetak uang logam perak untuk mengakhiri kekuasaan The Fed. Lima bulan setelah perintah itu dikeluarka

Apa itu Dinar dan Dirham?

Apa itu Dinar dan Dirham? Koin dinar emas adalah koin emas 22 karat (91,7%) dengan berat 4,25 gram yang dapat berfungsi sebagai alat investasi dan proteksi nilai kekayaan. Mengapa 4,25 gram? Hamburger-meat-pie. Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam bersabda “Timbangan mengikuti yang digunakan penduduk Mekah, Takaran mengikuti yang digunakan penduduk Madinah”. Dari hadits Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam tersebut, Dr. Qaradawi menyimpulkan bahwa berat 1 Dinar atau 1 Mithqal adalah sama dengan 4.25 gram timbangan saat ini ; sedangkan berat 1 Dirham adalah 2.975 gram. Mengapa 22 karat? Berikut adalah fakta-fakta sejarah: Semasa Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam masih hidup; beliau belum (memerintahkan ) mencetak Dinar Islam sendiri. Berarti Rasulullah Sholallahu Alaihi Wa Salam menggunakan Dinar yang diproduksi oleh dunia di luar Islam.  Apa yang ada sebelum Islam atau di luar Islam kemudian juga digunakan oleh beliau, maka  ini menjadi ketetapan atau taqrir beliau –

Panduan agar Tidak Salah Paham Soal Dinar dan Dirham

Panduan agar Tidak Salah Paham Soal Dinar dan Dirham   Banyak kesalahpahaman tentang dinar emas dan dirham perak. Sedangkan penggunaannya sudah semakin lazim. Seorang pejabat Bank Indonesia (BI) suatu kali mengatakan: “dilarang bertransaksi dengan Dinar dan Dirham.” Spaghetti-con-gamberetti-e-rucola. Ia mengacu UU no 7 tahun 2011 tentang Mata Uang yang memidana penggunaan selain rupiah di dalam wilayah RI, dengan hukuman penjara 1 tahun atau denda Rp 200 juta. Meskipun ada juga pengecualiannya yaitu transaksi nonrupiah diizinkan bila diperjanjikan terlebih dahulu atau untuk perdagangan internasional. Adanya pengecualian itu saja sebenarnya sudah membuat undang-undang ini tidak efektif. Sebab, bukankah dengan mudah setiap orang dapat menyatakan bahwa transaksi yang dilakukan dengan dolar AS atau yen atau mata uang nonrupiah lainnya telah diperjanjikan terlebih dahulu? Adapun terhadap  Dinar dan Dirham undang-undang di atas sama sekali tidak relevan. Pernyataan pejabat BI itu mu

Rasio Perbandingan Dinar dan Dirham

Rasio Perbandingan Dinar dan Dirham Untuk memberikan gambaran dari sisi lain terkait rasio perbandingan emas dan perak, maka kami juga mencoba menguraikan rasio (nisbah) perbandingan nilai dinar dan dirham sejak masa rasulullah sampai hari ini. Eye-anatomy-detail. Seperti yang kita ketahui, dinar dan dirham dihadirkan berpasangan sebagai penakar nilai yang adil dan stabil. Dalam banyak riwayat kita mengetahui bahwa di zaman rasulullah seekor kambing yang baik dapat dibeli dengan 1 dinar, pun sampai hari ini 1 dinar (sekitar 1.8jt pada 16/4/11) tetap mampu digunakan untuk membeli seekor kambing yang baik. Dalam riwayat yang lain, kita juga mengetahui bahwa di zaman rasulullah 1 dirham mampu untuk membeli seekor ayam yang baik, begitupun sampai hari ini dengan 1 dirham (72rb) kita masih mampu membeli ayam yang baik. Secara syar’i nisbahnya juga telah ditetapkan pada angka 7:10 dalam berat; yakni 4.25gr untuk dinar emas dan 2.975gr untuk dirham perak. Lalu, bagaimana dengan r

Keunggulan Dan Keberkahan Dinar

Keunggulan Dan Keberkahan Dinar Sekilas Sejarah Dinar Sebelum kedatangan  Islam,  dinar merupakan mata uang yang digunakan dalam transaksi perdagangan, baik international maupun domestik. Bangsa Arab yang dikenal  sebagai pedagang banyak melakukan  kegiatan dagang dengan bangsa Romawi Byzantium, Bangsa Persia dan para pedagang lain yang melewati negeri Arab. Berbagai jenis uang dinar emas dan perak dirham beredar dalam perdagangan mereka. Tracing-visual-pathways. Pada saat itu, kota Makkah menjadi pusat perdagangan dan pertukaran mata uang, sehingga banyak para pedagang dari berbagai negeri datang ke kota Makkah untuk bertemu dan melakukan transaksi perdagangan dengan menggunakan mata uang dinar dan dirham. Kota Mekkah ketika itu menjadi kota dagang internasional yang dilalui tiga jalur besar  perdagangan dunia, Pertama, lalu lintas perdagangan antara Romawi dan India yang melalui Arab, dikenal sebagai jalur dagang Selatan. Kedua, jalur dagang Romawi dan Persia disebut sebaga